14/07/2014
By Lidya
Pratiwi
Sejarah dan
latar belakang konflik Israel-Palestina bisa ditarik mundur sejak tahun 2000
SM. Namun dalam sejarah kontemporer, konflik Palestina-Israel dimulai pada
tahun 1967 ketika Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil
merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat
dan Yerussalem (Yordania).
Sampai
sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi
ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di
antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai
pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang
sejarah sebab terjadinya konflik ini.
Sebelum
memulai tulisan yang pernah dimuat di sini ini, Si Momot perlihatkan dulu
sebuah momen beberapa tahun lalu sebagaimana terlihat dalam foto-foto di bawah
ini. Ini adalah foto-foto yang dimuat di blog kawan, Dion, yang ditaut ke blog
omkicau.com.
Di halaman
itu, Dion mengatakan:
“Foto-foto
ini merupakan foto yang tidak akan pernah saya lupakan untuk seumur hidup. Foto
yang diambil oleh wartawan Getty Images ini adalah foto seorang anak yang
ditinggal mati oleh ibunya. Dan kematian ibu ini harus berakhir di pelukan
anaknya sendiri. Satu hal yang menurut saya menunjukkan sisi kejam dan humanis
dari perang.
Tidak ada
yang paling mengharukan dan menyedihkan ketika melihat orang yang kita cintai
meninggal di pelukan kita. Tuhan, hentikanlah perang ini demi anak-anak dan ibu
di dunia.”
Dengan judul
“Detik-detik Mengharukan” inilah foto-foto tersebut:
palestina1
palestina2 palestina3 palestina4 palestina5
PERANG,
SUNGGUH BIADAB!!!!!
Sekilas Tentang Konflik Palestina:
Konflik
Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza
(Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania)..
Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi
ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di
antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai
pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang
sejarah sebab terjadinya konflik ini.
2000 SM –
1500 SM
Istri Nabi
Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab)
dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi
Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani
Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang
ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya
yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan
Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf
bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.)
membesar.
1550 SM –
1200 SM
Politik di
Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak
dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai
perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi
budak.
1200 SM –
1100 SM
Nabi Musa
A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai
menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal
dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel
dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka
diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan
berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya,
selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu
bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya
duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya
mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar
Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut
salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni
Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah
airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM –
922 SM
Nabi Daud
A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin.
Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya
membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini
Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin
raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan
Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s.
dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800
SM
Sepeninggal
Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga
akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel
beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600
SM
Karena
kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut
dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya
Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus
kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka
dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian
rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga
bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab
Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500
SM
Kerajaan
Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab
Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas
Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400
SM
Cyrus Persia
meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322
SM
Israel
diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi
terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel,
sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa
Ibrani.
300 SM – 190
SM
Yunani
dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa
A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi.
Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman
tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh
para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap
Romawi.
100 – 300
Pemberontakan
berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi.
Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium
Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap
bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa
Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau
bahkan masuk Islam.
313
Pusat
kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama
negara.
500 – 600
Nabi
Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia
(di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam
jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan
Persia.
621
Nabi
Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke
masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha
(langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3
ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat
di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah.
Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah
di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi
Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut
khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk
Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan
Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian
Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka
harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah
pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari
penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non
Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin
sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah
Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa
Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan
terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem
dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik
(sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M
tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen.
Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi
membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa
dibangkitkan kembali.
1453
Setelah
melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang
tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah
Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan
nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia
sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu
saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan
pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada
Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada
1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah
Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak
permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan
pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan
negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di
Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan
alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya
mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory
dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya
mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan
agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara
khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas
reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun
1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara
Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu
ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak
itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa
sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon
berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di
Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk
mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme
Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai
lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah
Arab.
1835
Sekelompok
Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama
di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury,
anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di
wilayah Khilafah.
1838
Inggris
membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di
Palestina.
1849
Kampanye
mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di
Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700
dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi
besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan
kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para
penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi
besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan”
(dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan
Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur,
termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina!
Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim
Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur
kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore
Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis
mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun
adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara.
Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun
secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris
hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres
itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan”
atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang
kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi
sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara
Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian
rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat
meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan
Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan
kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi
Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh
atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu
Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour
memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan
memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air
Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat
kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman
menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan
mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu
“penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke
kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada
etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang
bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya
karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh
Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan
orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas.
Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi
Palestina pun memanas.
1947
PBB
merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14
Mei.
Sehari
sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi
memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata
terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa
mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees
menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap
mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah
perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para
pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme
Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut
daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2
Desember
Protes keras
Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang
mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul
Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad
melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena
Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan
kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29
Oktober
Israel
dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada
kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah
satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir
menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para
pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini
secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina
sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi
persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan,
Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan
(Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah
menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA
(Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu
angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan
Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia
ada di udara.
1967,
Nopember
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur
Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara
di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser
Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan
markas di Yordania.
1970
Berbagai
pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO
dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania
sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari
Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6
Oktober
Mesir dan
Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari
puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober.
Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS.
Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk
melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan
itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22
Oktober
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata,
pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan
ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke
Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel
mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena
langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978,
September
Mesir dan
Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu
menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah
pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel
Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO
menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah
diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya
juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang
tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel
secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang
didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel
menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan
Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil
dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga
dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil
di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah,
perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah
pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai
oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan
sosial.
1988, 15
Nopember
Diumumkan
berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara
Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara
dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah
Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional
Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
1988,
Desember
AS
membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung
mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242
pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser
Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu
mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993,
September
PLO – Israel
saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak
otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace”
(tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan
Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab
(Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti
Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah
kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan
Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka
sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser
Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya
tersebut.
1995
Rabin
dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang
Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap
orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan
melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total
menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya,
menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace”
diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu
(bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di
Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti
kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu
pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar
Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin
menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan,
bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat
perjanjian baru.
AS tidak
senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun
karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai
agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini.
Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir
malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama
Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya
juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya
di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara
dengan Eropa.
2002 – 2008
Sebuah usul
perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai
Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga
telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel
sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang
diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan
kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran
sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di
sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di
wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut
dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan
ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,”
sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi,
akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan
tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di
Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Di hari
kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud
Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan
Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato
kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil,
kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan
pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang
untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert
menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia
mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia
menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak
mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya
sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan
koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk
bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.
Sementara
itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008),
sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar
Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur
komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa
satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sebagai
catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-turut
adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam
penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di
Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa
sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.
Intifada
al-Aqsa versi wikipedia.org
Maret 2000,
Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu
kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam.
Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
KTT Camp
David 2000 antara Palestina dan Israel
Maret-April
2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian
serangan bunuh diri Palestina.
Juli 2004
Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum
internasional dan Israel harus merobohkannya.
9 Januari
2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia
menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
Peta menuju
perdamaian
Juni 2005
Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal
pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
Agustus 2005
Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi
Barat.
Januari 2006
Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40
tahun.
Januari-Juli
2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia
menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail
Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
November
2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan
di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
Serangan
Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet
Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas.
Korban dari warga sipil berjatuhan.
Mei 2010
Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju palestina
30 Mei 2010
Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan
Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina
Tarik ulur
usaha perdamaian mutakhir
Sejak
Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara
resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara.
Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini
adalah:
Status dan
masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup
wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
- Keamanan Israel.
- Keamanan Palestina.
- Hakikat masa depan negara Palestina.
- Nasib para pengungsi Palestina.
- Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
- Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah
pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi
Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam
Haripada 1967.
Selama ini telah
terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan
konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya.
Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul
kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang
penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif,
dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang
satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul
taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula
orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari
kedua belah pihak. Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu
penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang
tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang
berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada
partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat
pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik
ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan
Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah
terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina,
yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang
cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat
dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam
PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan,
yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.
Demikian
pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah
Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang
tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam
melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh
negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina,
sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara
Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian
atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang
sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing
pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.
Sebuah usul
perdamaian yang muncul adalah peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat
Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002.
Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini
Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang
diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan
kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran
sipil dan militer… yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di
sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di
wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut
dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan
ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,”
sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi,
akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan
tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di
Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Dengan
rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya
adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan
campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang
diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam
jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai
Likud – hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon —
kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan
meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza.
Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul
dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar