Adalah:
Kondisi kronis yang mempengaruhi cara tubuh memetabolisme gula (glukosa), sebagai sumber utama bahan bakar/energi tubuh.
Belum ada obat untuk DM 2, tetapi penderita dapat menunda, atau bahkan mencegah munculnya DM 2 ini, dengan diet, olahraga dan menjaga berat badan yang ideal.
Bila belum cukup, perlu obat atau insulin untuk mengelola gula darah.
Gejala :
DM 2 berkembang sangat lambat, terkadang selama bertahun-tahun tidak bergejala atau tidak disadari.
Yang biasa muncul adalah :
- Peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil.
- Peningkatan rasa lapar.
- Penurunan berat badan.
- Mudah lelah dan mudah marah.
- Penglihatan kabur.
- Bila terluka lambat sembuh atau sering terkena infeksi.
- Daerah kulit tertentu menjadi lebih hitam dari tempat lainnya, seperti di ketiak dan leher, disebut acanthosis nigricans.
Tubuh resisten terhadap hormon insulin dan atau pancreas tidak menghasilkan cukup insulin.
Tepatnya belum diketahui, diduga ada 2 faktor penting :
- Kelebihan berat badan.
- Kurangnya aktivitas.
Tidak sepenuhnya di fahami mengapa sebagian orang menjadi sakit diabetes tipe 2 dan lainnya tidak.
Faktor yang mudah untuk menjadi sakit, antara lain :
- Kelebihan Berat Badan.
- Kurangnya aktifitas.
- Adanya riwayat keluarga dengan diabetes tipe.
- Ras.
- Usia tua.
- Pradiabetes.
- Gestational diabetes/munculnya diabetes ketika hamil.
Komplikasi.
Di bagi menjadi komplikasi akut/kegawatdaruratan dan komplikasi khronis.
1. Gula darah tinggi (hiperglikemia).
Tanda-tanda dan gejala gula darah yang tinggi :
- sering buang air kecil,
- meningkatnya rasa haus,
- mulut kering, penglihatan kabur,
- kelelahan,
- mual.
Perlu penyesuaian perencanaan makan, obat atau keduanya.
2. Peningkatan keton dalam urin (diabetes ketoasidosis).
Tanda-tandanya :
- hilangnya nafsu makan,
- lemah,
- muntah,
- demam,
- sakit perut,
- napas berbau buah manis.
3. Hyperglycemic non-ketotic sindrom hiperosmolar.
Tanda dan gejala ini mengancam jiwa bila:
- Gula darah lebih dari 600 mg / dL,
- mulut kering,
- sangat haus, demam di atas 101 F (38ยบ C),
- mengantuk,
- kebingungan,
- kehilangan penglihatan,
- halusinasi, urin menjadi gelap.
Sebab terjadinya:
- Melewatkan makan dan lebih banyak kegiatan fisik dari biasanya.
- Minum obat penurun glukosa yang memacu keluarnya insulin atau pada pengobatan dengan insulin.
- berkeringat,
- gemetar,
- lemah,
- kelaparan,
- pusing,
- sakit kepala,
- penglihatan kabur,
- jantung berdebar-debar,
- merancau,
- mengantuk,
- kebingungan,
- kejang.
- Jika terjadi hipoglikemia pada malam hari, akan terbangun dengan pakaian tidur yang basah karena keringat atau sakit kepala. Ada reaksi balik alamiah hipoglikemia malam menyebabkan hiperglikemi sangat tinggi di pagi hari.
- Jus buah,
- glukosa tablet,
- permen,
- soda biasa (bukan diet) atau sumber gula lain.
Check gula darah dalam 15 menit kemudian untuk memastikan kadar glukosa darah sudah kembali normal. Jika tidak turun, obati lagi dan chek kembali 15 menit kemudian. Jika kehilangan kesadaran, anggota keluarga atau orang dekat mungkin bisa memberikan suntikan darurat glukagon, suatu hormon yang menstimulasi pelepasan gula ke dalam darah.
B. Komplikasi kronis .
- Penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung koroner dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke, penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi. Risiko stroke lebih dari 2 kali lipat dalam 5 tahun pertama. Sekitar 2/3 penderita diabetes meningggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Kerusakan saraf (neuropati). Terutama pada kaki, menyebabkan kesemutan, mati rasa, rasa perih/terbakar atau rasa sakit yang biasanya dimulai dari ujung jari kaki atau jari tangan dan secara bertahap menyebar ke atas dan kehilangan semua rasa pada anggota badan yang terkena. Kerusakan saraf pengontrol pencernaan dapat menyebabkan terasa mual, muntah, diare atau sembelit. Disfungsi ereksi pada laki laki.
- Kerusakan ginjal (nefropati).
- Kerusakan mata. Retinopati diabetes menyebabkan buta, katarak dan glaukoma.
- Luka pada kaki.
- Kulit lebih rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur.
- Mulut mudah terjadi infeksi gusi.
- Osteoporosis.
- Penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.
- Gangguan pendengaran.
Tes darah ini menunjukkan rata-rata tingkat gula darah selama dua sampai tiga bulan. A1C pada tingkat 6 dan 6,5 % dianggap pradiabetes, yang menunjukkan risiko tinggi diabetes. 6,5 % atau lebih tinggi pada 2 kali tes yang berbeda menunjukkan bahwa seseorang memiliki diabetes.
2. Tes gula darah sewaktu/acak.
Sampel darah diambil pada waktu acak pada saat terakhir kali makan, bila gula darah sewaktu didapati 200 mg / dL atau yang lebih tinggi dapat dipastikan menderita diabetes.
3. Tes gula darah puasa.
Sampel darah diambil setelah semalam puasa 8 jam.
- 100 mg / dL adalah normal.
- 100-125 mg / dL dianggap pradiabetes.
- Jika itu 126 mg / dL atau lebih tinggi pada 2 kali tes terpisah, diabetes.
Untuk tes ini, harus puasa semalam, tingkat gula darah puasa diukur.Kemudian, minum cairan manis, kadar gula darah di cek berkala selama beberapa jam. Bila terbaca lebih dari 200 mg / dl pada 2 jam pertama menunjukkan diabetes. Antara 140 dan 199 mg / dL mengindikasikan pradiabetes.
Screening rutin di komendasikan diabetes tipe 2 pada usia awal 45 th, terutama jika kelebihan berat badan. Jika normal, ulangi tes setiap 3 tahun. Jika hasilnya perbatasan, mintalah dokter kapan harus datang kembali untuk tes. Screening juga direkomendasikan untuk orang-orang yang berada di bawah 45 th dengan factor resiko seperti diatas. Tekanan darah di atas 135 / 80 mm Hg.
A1C perlu diperiksa antara 2 - 4 kali setahun. Tindak lanjut pemeriksaan A1C dapat bervariasi, tergantung pada usia dan berbagai faktor lainnya. Bagi kebanyakan orang direkomendasikan tingkat A1C di bawah 7 persen.
Dibandingkan dengan test gula darah harian masih lebih baik tes A1C, untuk mendeteksi seberapa baik perawatan DM-nya.
Uji sampel darah dan air seni berkala untuk memeriksa kadar kolesterol, fungsi tiroid, fungsi hati dan fungsi ginjal. Periksa tekanan darah, lakukan tes uji mata dan kaki.